Berdasarkan data Jenna Jambeck, seorang peneliti sampah dari Universitas Georgia, Indonesia berada di peringkat kedua dunia penghasil sampah plastik yang mencapai sebesar 187,2 juta ton setelah China yang mencapai 262,9 juta ton. Belum lagi, penggunaan plastik di Indonesia merupakan sampah yang merupakan sumber utama penumpukan bobot sampah, terlebih plastik diuraikan dalam waktu 1 millenium atau sekitar 1000 tahun. Belum lagi, pemusnahan plastik dengan cara dibakar hanya akan mempurburuk kesehatan karena zat Dioksi yang dihasilkannya. Maka, prinsip 3R yaitu Reduce (mengurangi), Reuse (Menggunakan kembali), dan Recycle (Mendaur ulang) selayaknya kita terapkan dalam mengatasi sampah plastik, dengan cara simpel namun efektif, yaitu Ecobrick.
Ecobrick berasal dari kata ecology yang berarti ekologi dan brick yang berarti bata atau bisa disebut juga dengan bata ramah lingkungan. Ide ini pembuatannya dicetuskan oleh pasangan suami istri Russell Maier, pria asal Kanada dan Ani Himawati perempuan asal indonesia yang memiliki rasa kepedulian sangat tinggi terhadap sejumlah negara berkembang, di Asia Tenggara khususnya, dalam menghadapi permasalahan sampah plastik.
Ecobrick ini terbuat dari botol plastik yang diisi dengan sampah plastik hingga padat. Cara pembuatan ecobrick itu sendiri memang tidaklah bisa cepat walau terlihat sederhana: yaitu melalui botol plastik ukuran 600 ml diisi sekitar 250 gram sampah plastik atau sama dengan 2500 lembar plastik bungkus mie instan.
Telah banyak workshop yang dilakukan Russel dan teman-temannya di Indonesia guna memperkenalkan masyarakat tentang metode Ecobrick in, salah satu acara yang memperkenalkan metode ini adalah East Java Ecobrick Expedition yang dimulai awal Februari 2017 lalu.
Botol-botol hasil Ecobrick sendiri dapat dirangkai dengan lem dan dibentuk menjadi kursi, meja, dan bahkan bisa dimanfaatkan sebagai bahan untuk pembuat tembok selayaknya batu bata. Russel mengaku dirinya bersama teman-temannya telah mampu membuat rumah, taman, meja, dan kursi di Filipina dengan metode ini. Metode ini sendiri juga membantu mengurangi sampah individu, rumah tangga, dan masyarakat luas tanpa harus mengeluarkan biaya besar.
Penampakan Ecobrick
Pada liburan semester dua tahun pelajaran 2018/2019 silam, saya mengajak peserta didik SDN 01 Tenogo untuk menikmati liburan sembari mempraktikkan pembuatan ecobrick. Setelah sebelumnya juga dikomunikasikan dengan orang tua/wali murid di grup WA agar orang tua juga terlibat, setiap anak ditarget menyerahkan ecobrick sejumlah lima buah.
Petunjuknya pun sederhana: jangan bakar sampah plastik di rumah masing-masing. Keringkan lalu masukkan sampah plastik tersebut ke dalam botol bekas air mineral atau AMDK (Air Minum Dalam Kemasan) ukuran 600ml kemudian dipadatkan menggunakan alat bantu batang kayu atau sejenisnya.
Sebagai petunjuk, saya sertakan foto kondisi awal botol (yang saya ambil gambarnya pada Sabtu, 22 Juni 2019 dan waktu itu juga sudah saya publikasikan di blog ini. Silahkan klik DI SINI untuk melihat artikel lengkapnya) sebagaimana saya tampilkan di awal artikel ini.
Dan berikut penampakan hasil tugas peserta didik kelas III yang saya ambil gambarnya siang tadi, 5 Agustus 2019:
Referensi artikel:
Ecobrick Solusi Sederhana Namun Efektif
Ecobrick Dinding Botol Plastik
Ecobrick Karya Artistik Limbah Plastik
Ecobrick Bukti Kreatifitas Selamatkan Lingkungan
0 komentar:
:a: :b: :c: :d: :e: :f: :g: :h: :i: :j: :k: :l: :m: :n:
Posting Komentar
Terima kasih telah berkenan berkunjung dan meninggalkan jejak komentar