(Menurut Wikipedia, pindang tetel merupakan sayur berkuah berisi tetelan daging sapi dan irisan daun bawang dengan bumbu pindang dicampur kluwek sehingga menyerupai rawon. Masakan ini disajikan dengan kerupuk merah dan kuning yang digoreng dengan pasir. Pindang tetel tidak cocok disajikan dengan kerupuk yang digoreng dengan minyak karena merusak cita rasanya)
Suara azan jelas terdengar karena masjidnya hanya berjarak beberapa meter dari tempat saya istirahat.
"Sebentar lagi, ah. Nanti juga bisa langsung menyusul ke masjid dan waktunya masih cukup lama" pikir saya sembari menyeruput teh panas. Di kiri dan kanan saya berjejer rapi pedagang lain dengan beragam menunya sementara di seberang jalan terlihat papan nama sebuah SMP terbaca cukup jelas.
Saya masih asyik menikmati teh panas saat bapak-bapak yang tadi melayani saya sudah berdiri di depan saya. Dengan sarung dan pecinya, beliau berkata pelan namun jelas terdengar, "Nyuwun sewu, Mas, kulo tilar rumiyin" (Bahasa Jawa: Mohon maaf, Mas, saya tinggal dulu)
Beliau tak menjelaskan akan ke mana, tapi saya yakin 100% Beliau akan menuju ke masjid.
Saya terperangah sehingga tak langsung menjawab ucapan Beliau. Beberapa detik kemudian, seakan tersadar, saya menjawab: “O gih, Pak, silahkan.....”
Sepeninggal Beliau, tegukan demi tegukan teh panas terasa tak lagi sama di tenggorokan. Saya merasa .......... seperti tertampar.
Beliau, yang usianya terlihat di atas saya, di tengah kesibukan usahanya, bergegas memenuhi panggilan sholat tepat waktu. Apa beliau tak khawatir saya menyantap beberapa buah gorengan atau kerupuk dan nanti tak saya bayar karena bagi saya Beliau tak tahu? Atau paling apes: saya pergi di saat Beliau sholat?
Beberapa kali saya membaca artikel tentang pedagang yang mengabaikan dagangannya saat azan berkumandang. Beberapa diantaranya, seingat saya, pernah saya posting juga di medsos. Tapi mengalaminya langsung, bukan hanya menyisakan sebuah ketakjuban luar biasa, namun juga goresan malu yang tak terkira.
Di antara begitu banyak lapak pedagang di pusat kuliner tersebut, Allah menuntun saya untuk singgah di tempat tersebut. Bukan sebuah kebetulan karena semua pasti sudah direncanakanNya.
Sesaat setelah Beliau kembali dari masjid, saya segera membayar makanan untuk kemudian langsung menuju masjid dengan dua doa terucap lirih di hati: Ya Allah, berikanlah umur panjang dan rizki yang halal dan berkah untuk Beliau serta untuk siapapun yang senantiasa menjaga sholat tepat waktu setiap waktu, dan: perkenankan hamba untuk selalu mengingat pelajaran berharga sore ini. Aaamiiin.
#TebarSemangatKebaikan
#JanganTundaBerbuatBaik
#OptimisLebihManis
#BersyukurTambahMakmur
0 komentar:
:a: :b: :c: :d: :e: :f: :g: :h: :i: :j: :k: :l: :m: :n:
Posting Komentar
Terima kasih telah berkenan berkunjung dan meninggalkan jejak komentar