Bertuliskan "Bulupitu Tea, Teh Bedagung Cap Cangkir", kemasan teh tersebut telah tersentuh teknologi moderen. Dengan kemasan yang hampir sama, di meja display stand tersebut, berjejer produk teh lainnya: Teh Sangan. Juga Teh Jawa Mas Anggi dari Desa Tenogo dengan kemasan yang agak berbeda.
Mengapa Bulupitu Tea begitu menarik bagi saya? Bulupitu adalah sebuah dukuh di pelosok Desa Bedagung, yang sayangnya sampai hari ini saya belum berkesempatan mengunjungi Bulupitu. Dukuh terdekat dengan Bulupitu yang pernah saya kunjungi beberapa kali adalah Sijaha (sekitar tahun 1999, saya dan tim DKR Paninggaran mengadakan bakti sosial pengecatan masjid Sijaha sedangkan pada 30 Juli 2002, bersama alumni MIS Sawangan lulusan tahun 2000, kami berkemah di Sijaha setelah sehari sebelumnya berjalan kaki menempuh jalur hutan belantara dari Desa Sawangan. Foto-foto eksotisnya dapat dilihat DI SINI).
Desa Bedagung sendiri, menurut Google Maps, berjarak sekitar 9,9 km dari Kantor Kecamatan Paninggaran dan sekitar 20,7 km dari Alun-Alun Kajen Kabupaten Pekalongan.
Menurut blog Paninggaran Pedia, mengutip Buku Statistik Daerah Kecamatan Paninggaran Tahun 2016 terbitan Badan Pusat Statistik Kabupaten Pekalongan, jumlah penduduk Desa Bedagung adalah 832 jiwa.
Entah bagaimana situasinya sekarang, yang pasti, dalam bayangan saya, Bulupitu masih berupa sebuah pemukiman penduduk yang terletak di pelosok kecamatan. Maka, hari itu, tatkala saya menjumpai sebuah produk dengan kemasan moderen, bagi saya benar-benar sebuah kejutan. Produk teh lokal yang sering saya jumpai di pasaran mayoritas masih dijual dengan kemasan tradisional.
Akhirnya, semoga Bulupitu Tea, dan produk-produk lokal lainnya, dapat menjadi komoditi unggulan di pasaran yang pada gilirannya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya para petani. Semoga. Amin.
0 komentar:
:a: :b: :c: :d: :e: :f: :g: :h: :i: :j: :k: :l: :m: :n:
Posting Komentar
Terima kasih telah berkenan berkunjung dan meninggalkan jejak komentar