Banyak orang tua yang menjanjikan atau
mengiming-imingi anak mereka bila mampu berpuasa sebulan penuh. Padahal,
hadiah yang dijanjikan sedari awal tidak efektif mengubah perilaku anak
secara jangka panjang.
Najelaa Shihab, pegiat pendidikan
keluarga, mengatakan, sebaiknya orang tua jangan menjanjikan hadiah
sedari awal, sebab hal tersebut akan memanipulasi perilaku anak. Mereka
akan menjalankan ibadah puasa bukan karena hal tersebut adalah kewajiban
namun karena mengejar hadiah dari orang tua.
Anak-anak pun berpotensi terbiasa
menjalankan puasa hanya bila ada hadiah. Jumlah hadiah yang diminta anak
pun dapat saja bertambah atau meningkat setiap tahun. “Misalnya tahun
ini orang tua menjanjikan akan memberi uang Rp 10 ribu perhari puasa.
Tahun berikutnya, bisa jadi anak meminta lebih,” ujar Najelaa ditemui
saat Pelatihan Calon Pelatih Pendidikan Keluarga di Tangerang, Banten,
Rabu (15/6/2106).
Pendiri Sekolah Cikal tersebut
mengatakan orang tua boleh saja memberikan hadiah bila anak berpuasa
sebulan penuh. Namun, hadiah tersebut harus diberikan secara spontan,
tidak dijanjikan sedari awal puasa.
Jadi setelah anak menunaikan puasa
sebulan penuh, orang tua dapat secara tetiba memberikan hadiah sebagai
luapan kebahagiaan. Namun, perlu diingat bahwa hadiah tersebut harus
diberikan di akhir puasa, dan tanpa didahului oleh iming-iming atau
janji sebelumnya.
Najella juga menganjurkan agar orang tua
memberikan dukungan kepada anak ketimbang hadiah. Biasanya hadiah
diberikan hanya pada saat anak sukses atau mendapat prestasi. Namun
dukungan diberikan pada berbagai situasi, termasuk saat anak mengalami
kesulitan.
Sumber: Sahabat Keluarga Kemdikbud
0 komentar:
:a: :b: :c: :d: :e: :f: :g: :h: :i: :j: :k: :l: :m: :n:
Posting Komentar
Terima kasih telah berkenan berkunjung dan meninggalkan jejak komentar