Seorang guru sama sekali tidak bisa
mengabaikan kondisi siswanya saat berada di ruang kelas. Peran
fasilitator dari guru membuat guru harus melakukan langkah-langkah
tertentu agar proses pembelajaran mempunyai timbal balik (feedback). Artinya, bagaimana membuat siswa juga terlihat aktif di kelas.
Di dalam proses pembelajaran, sering
terjadi kondisi di mana siswa terlihat lelah, ngantuk, tidak semangat,
dan tidak siap mengikuti pembelajaran. Kondisi siswa seperti tidak serta
merta membuat guru menjadi acuh. Justru sebaliknya, guru harus mampu
membuat mereka kembali segar dan bersemangat untuk mengikuti mata
pelajaran di kelas.
Cara atau metode seperti apa yang harus dilakukan seorang guru ketika kondisi yang kurang kondusif tersebut terjadi di kelas?
Sigit Setyawan dalam bukunya Nyalakan Kelasmu: 20 Metode Mengajar dan Aplikasinya
(2013) mengisahkan, ada seorang guru yang dihadapkan pada kondisi di
mana para siswa terlihat tidak bersemngata, tidak siap menerima
pelajaran, dan mengantuk. Guru tersebut lalu meminta para siswa untuk
berdiri dan melakukan gerakan-gerakan.
Ia meminta para siswa merentangkan
tangan, mengepalkan tangan, mengayun-ayunkan lengan, bergerak ke kanan
dan ke kiri, dan masing-masing memijit punggung teman sebangkunya.
Sebagian siswa tertawa dan bercanda, sebagian yang lain melakukannya
dengan bersemangat.
Setelah kira-kira satu atau dua menit,
ia mempersilakan para siswa untuk duduk kembali. Selanjutnya, si guru
tersebut menyajikan sebuah cerita lucu yang pernah ia dengar. Para siswa
tertawa, mereka tidak mengantuk lagi. Akhirnya dalam waktu lima menit,
ia berhasil mendapatkan perhatian dari seluruh siswa. Dampaknya sangat
signifikan, para siswa terlihat telah siap menerima materi pelajaran.
Cara yang dilakukan oleh guru tersebut merupakan metode Ice Breaker. Dari ilustrasi cerita di atas, dapat diartikan bahwa Ice Breaker yaitu metode yang dapat menyiapkan kondisi yang lebih baik bagi siswa agar lebih segar dan siap menerima pelajaran.
Metode ini dapat dilakukan di awal
maupun di tengah-tengah proses pembelajaran untuk mencairkan suasana,
membangun kesiapan belajar, atau memacu motivasi belajar siswa. Ice Breaker dapat dilakukan dalam durasi kurang lebih lima hingga sepuluh menit.
Ice Breaker sangat berguna
untuk mengarahkan perhatian siswa yang baru saja mengkuti mata pelajaran
lain agar tetap fokus dan siap menerima mata pelajaran selanjutnya.
Metode ini juga dapat menggungah kembali motivasi belajar siswa agar
termotivasi untuk melanjutkan pelajaran dan tugas-tugas selanjutnya.
Langkah terakhir bagi guru, dia dapat melakukan sebuah evaluasi terhadap keberhasilan metodeIce Breaker.
Guru dapat melakukan sebuah pengamatan terhadap berbagai respon yang
keluar dari para siswa. Jika penggunaan Ice Breaker membawa pengaruh
yang signifikan, maka metode ini dapat diterapkan kembali di kemudian
hari.
Sumber: Direktur Pendidikan Madrasah
0 komentar:
:a: :b: :c: :d: :e: :f: :g: :h: :i: :j: :k: :l: :m: :n:
Posting Komentar
Terima kasih telah berkenan berkunjung dan meninggalkan jejak komentar