Untuk menghadapi tantangan pendidikan Indonesia di masa yang akan
datang, dituntut langkah-langkah produktif dan inovatif dari pelaku
pendidikan. Tak ada bangsa yang maju jikalau pendidikannya tidak maju
alias terbelakang.
Demikian sambutan awal Dirjen Pendidikan Islam
Kementerian Agama RI, Kamaruddin Amin tatkala membuka acara Bimtek Kurikulum 2013 Pendidikan Agama Islam (Bimtek K13 PAI) di Bandung, Ahad 28 Juni 2015.
Di hadapan 100 Guru PAI tingkat
SD se-Jawa Barat, ia mencontohkan negara Jerman yang berhasil
membebaskan biaya pendidikan (gratis) hingga level tertinggi, sehingga
kualitas pendidikan di sana bagus karena seluruh rakyatnya mampu
mengakses pendidikan dengan mudah selain tentu saja kesadaran dan
kebijakan politik yang sangat mendukung majunya pendidikan.
Di negara kita, anggaran 20% dari APBN maupun APBD untuk
pendidikan merupakan kebijakan yang dipandang wajar dalam rangka
meningkatkan kualitas pendidikan. Kamaruddin menegaskan bahwa kualitas
pendidikan sangat ditentukan oleh kualitas guru. Ia menyebut Finlandia
sebagai contoh negara yang meletakkan dasar renovasi pendidikan dari
sisi kapasitas guru. Karenanya ia berharap kualitas pendidikan di
Indonesia khususnya pendidikan agama Islam (PAI) harus dimulai dengan
upaya serius dalam pengelolaan dan pembinaan guru dalam hal ini Guru PAI.
Guru PAI harus siap menghadapi tantangan
global dan informasi yang deras, caranya mereka siap berkawan dengan
teknologi, meski tantangan teknologi bagai dua sisi mata uang yang bisa
berdampak positif sekaligus negatif. Waktu mengajar PAI yang
terbatas 3 jam per minggu di kelas harus dibuat semenarik mungkin, ini
yang dimaksud dengan langkah-langkah produktif dan inovatif. "Bisa
dibayangkan bagaimana jika ilmu agama disampaikan di kelas dengan cara
sederhana dan tidak menarik?" tanya Kamaruddin secara retoris.
Ada 2 hal penting yang harus dipegang para Guru PAI di
kelas agar inovatif, yakni menguasai metodologi dan menguasai materi.
Metodologi harus diasah dengan tak bosan melakukan improvisasi,
sedangkan penguasaan materi dilakukan dengan memperkaya wawasan dan
cakrawala pengetahuan. Usia 6-12 tahun merupakan usia pendidikan dasar
yang sangat penting dalam pembentukan karakter siswa. Peran guru bukan
hanya mengajarkan tapi harus mampu mengedukasi, memberi teladan sebagai
motivator dan inspirator.
Di akhir sambutannya, ia menghimbau para Guru PAI untuk terus bersemangat mengajar, apalagi Guru PAI bisa
diibaratkan sebagai penjaga gawang umat. Keagamaan Islam di Indonesia
pasti bermasalah jika para guru tidak mengajarkan Islam secara baik.
Kita tidak hanya mengajarkan cara sholat tapi yang utama memberikan
pemahaman apa manfaat dan hikmah di balik sholat. Guru PAI harus
kreatif menjelaskan kepada peserta didik supaya setelah mempelajari
agama mereka juga bisa memberi kontribusi kepada masyarakat . Guru PAI mengemban
amanah besar untuk menjadi guru terbaik. Jangan berhenti belajar dan
berinovasi karena efeknya tidak hanya menjadi produktif dan inovatif
tapi yang utama bernilai ibadah.
Sumber: Dirjen Pendis
0 komentar:
:a: :b: :c: :d: :e: :f: :g: :h: :i: :j: :k: :l: :m: :n:
Posting Komentar
Terima kasih telah berkenan berkunjung dan meninggalkan jejak komentar