Dream - Upin Ipin. Mungkin Anda pernah mendengar film
animasi ini. Kartun yang bercerita tentang kehidupan anak-anak di negeri jiran
Malaysia. Film itu populer di kalangan anak-anak Indonesia. Terutama dengan
bahasa khas tokoh utama film ini, Upin dan Ipin: "betul.. betul..
betul.."
Di balik sukses film animasi ini,
ternyata ada andil animator muda Indonesia. Dialah Marsha Chikita Fawzi, gadis
berparas ayu, putri pasangan artis kondang Ikang Fawzi dan Marissa Haque.
Dara yang karib disapa Kiki ini
memang sudah lama tinggal di negeri Semenanjung Malaya itu. Sejak pertengahan
dekade 2000-an, dia menuntut ilmu di Multi Media University, Selangor,
Malaysia.
Perempuan kelahiran Jakarta, 28
Januari 1989, itu mulai terlibat dalam pembuatan Upin Ipin saat magang di Las
Copac, studio yang memproduksi film animasi dengan tokoh dua bocah berkepala
pelontos itu. Kebetulan salah seorang seniornya sudah bekerja di tempat itu.
Status boleh magang. Hanya bekerja
paruh waktu. Namun kinerja tak mengecewakan. Perusahaan menilai karyanya cukup
bagus. Sehingga, pada 2010, Las Copac menawarinya untuk bekerja tetap. Setelah
menjalani berbagai tes, akhirnya Kiki resmi masuk Las Kopac.
Karena sudah lama magang, tak begitu
sulit baginaya untuk beradaptasi. Meski sempat mengerjakan berbagai hal,
akhirnya dia dipercaya untuk memegang posisi tetap sebagai komposter. Bagian
yang khusus menangani efek visual, termasuk pewarnaan pada animasi agar enak
ditonton.
Kiki menjadi animator yang
menganimasi setiap shoot adegan. Misalnya, saat Upin atau Ipin berjalan,
kakinya dianimasi agar gerakannya pas. Selain itu, kedipan mata, gerak bibir,
dan sebagainya. Untuk memperlancar pekerjaan ini, Kiki kerap mengaca sambil
ngomong sendiri, sehingga dia tahu ekspresi wajah saat membuat animasi.
Membuat film Malaysia, Kiki tak lupa
dengan Tanah Air. Melalui film itu, dia menyisipkan beberapa sentuhan
Indonesia. Misalnya tokoh Shanty, teman Upin dan Ipin dari Jakarta. Kiki
membuat sosok Shanty benar-benar Indonesia. Soal logat misalnya, Shanty tak
menggunakan Bahasa Melayu.
Selain itu, Kiki juga menampilkan
sejumlah produk tradisional Indonesia dalam film itu. Misalnya menampilkan kue
bakpia, semprong, dan lain sebagainya.
Di balik sukses itu, Kiki ternyata tak hanya
berfikir bagaimana cara menghasilkan film animasi yang apik. Dia ternyata juga
menjadi pendorong gerakan "Damai Yuk" di media sosial. Gerakan itu
merupakan kampanye damai untuk Indonesia dan Malaysia.
Sumber: Dream
0 komentar:
:a: :b: :c: :d: :e: :f: :g: :h: :i: :j: :k: :l: :m: :n:
Posting Komentar
Terima kasih telah berkenan berkunjung dan meninggalkan jejak komentar