SELAMAT JALAN: Gaya Gayatri Wailissa ketika pengambilan gambar untuk
edisi khusus Sumpah Pemuda Jawa Pos tahun lalu. Foto: Beky Subechi/Jawa
Pos
SUASANA
berkabung terasa di ruangan 2 x 7 meter RSPAD Gatot Subroto Jakarta kemarin
petang (24/10). Orang-orang tertunduk lesu, tenggelam dalam duka yang mendalam.
Beberapa di antara mereka berlinang air mata.
Tapi,
kesedihan tidak tampak lagi di wajah Deddy Darwis Wailissa, ayah Gayatri
Wailissa. Dengan tegar pria 57 tahun itu menyanding peti jenazah putrinya.
Sambil sesekali memandangi wajah sang buah hati, dia lalu membuka buku Yasin
yang dipegangnya.
Tak
jauh dari situ, ibunda almarhumah, Nurul Idawati, juga tak kalah tegar.
Perempuan bertubuh mungil itu bahkan dengan tenang bersedia melayani
pertanyaan-pertanyaan wartawan. ”Air mata saya seolah sudah kering. Saya tidak
boleh menangis. Nanti jalan anak saya akan susah,” ucapnya
.
Sebagaimana
diketahui, Gayatri meninggal dunia pada Kamis (23/10) pukul 19.00 di RS Abdi
Waluyo, Menteng, Jakarta. Dia mengembuskan napas terakhir setelah sejak Senin
(20/10) mendapat perawatan intensif akibat pendarahan di otak. Sebelumnya dia
tak sadarkan diri saat melakukan olahraga joging di kawasan Senopati, Jakarta.
Sejak
Juli lalu gadis genius itu hijrah ke Jakarta untuk meraih cita-citanya menjadi
bagian dari Badan Intelijen Negara (BIN). Karena itu, dia harus menjalani
pendidikan khusus di Jakarta. Namun, takdir berkata lain. Sebelum meraih apa
yang diinginkan, dia keburu meninggal dunia.
Jenazah
Gayatri tadi malam disemayamkan di RSPAD Gatot Subroto sebelum dibawa pulang ke
tanah kelahirannya di Ambon. Pemindahan jenazah dari RS Abdi Waluyo ke RSPAD
itu dilakukan atas perintah pimpinan TNI-AD.
Maklum,
gadis poliglot (istilah untuk orang yang menguasai banyak bahasa asing)
tersebut sudah lama menjadi ”anak asuh” TNI-AD, khususnya di lingkungan Kodam
XVI/Pattimura, Maluku. Saat masih di Ambon, sehari-hari Gayatri mendapat
kawalan personel TNI-AD. Meski masih belia, dia sering diminta memberi
”pelajaran” dan motivasi di lingkungan kodam.
Perlu
diketahui, dalam usia yang baru genap 19 tahun, Gayatri sudah mampu menguasai
13 bahasa asing. Yakni bahasa Inggris, Italia, Spanyol, Belanda, Mandarin,
Arab, Jerman, Prancis, Jepang, Hindi Nipali, Thailand, Rusia, dan Korea. Selain
mahir berbahasa asing, Gayatri menguasai masalah-masalah lingkungan,
perdamaian, dan remaja.
Tepat
setahun lalu, Jawa Pos memilih Gayatri sebagai salah satu di antara anak-anak
muda Indonesia berprestasi untuk ditampilkan dalam edisi khusus Sumpah Pemuda.
Dengan
gayanya yang ceria dan smart, dia melayani wawancara wartawan DetEksi Jawa Pos
Indriani Puspitaningtyas di sela-sela kesibukan dirinya menjadi narasumber di
berbagai aktivitas di Kota Ambon dan sekitarnya.
”Saya
beruntung bisa bertemu Gayatri meski hanya sebentar. Sebab, dia sangat sibuk
dan sulit ditemui. Ke mana-mana dia dikawal anggota TNI-AD,” ungkap Indri,
panggilan Indriani.
Menurut
Indri, saat itu cukup sulit bisa mendapat kesempatan bertemu Gayatri. Anak
kedua pasangan Nurul Idawati dan Deddy Darwis Wailissa itu sedang sibuk dengan
seabrek kegiatan di Kodam XVI/Pattimura.
Sebab,
dia mendapat amanah sebagai ikon kodam sehingga sering menjadi pengisi acara
dalam berbagai kegiatan di Ambon. Termasuk, kala itu, acara menyambut HUT Ke-68
TNI dan HUT Ke-438 Kota Ambon. Padahal, sebelum itu dia baru keluar dari rumah
sakit karena terkena tifus.
Akhirnya,
pada 27 September 2013, ajudan Gayatri, Sersan Mayor Charles, menghubungi Jawa
Pos.
Dia
membuatkan janji untuk bertemu Gayatri keesokan harinya di kediaman orang tua
angkatnya, asisten teritorial Kodam XVI. Meski berpacu dengan kesibukan
lainnya, Gayatri tetap menyambut ramah wartawan Jawa Pos.
Ya,
keseharian gadis berparas manis itu memang cukup padat. Sejak kecil dia memang
tak bisa diam. Hampir seluruh harinya dia habiskan untuk aktif di berbagai
kegiatan. Mulai teater, tari, sastra, sampai konferensi-konferensi berskala
internasional di berbagai negara.
Di
antaranya menjadi duta anak tingkat ASEAN, peraih medali perunggu Science
Astronomy 2012, penerima Anugerah Tunas Muda Pemimpin Indonesia 2013 dari
menteri pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak, serta sebagai delegasi
anak di beberapa konferensi internasional tingkat Asia.
Dalam
salah satu penggalan wawancara itu, Gayatri mengungkapkan bahwa hidupnya bukan
semata-mata didarmabaktikan untuk kedua orang tuanya.
”Aku
memang anak mama dan papa. Tapi, hidupku bukan semata-mata (untuk) mama-papa.
Tuhan ngasih aku untuk semua orang, termasuk untuk bangsa Indonesia,” ujarnya.
Dengan
kemampuan dan semangat yang dimilikinya itu, ”anak ajaib” tersebut punya
keinginan untuk mendorong anak-anak Maluku lainnya agar terus meng-upgrade diri
sehingga mampu bersaing dengan anak di daerah lain.
”Saya
lagi membuat sebuah konsep melalui kegiatan road show di beberapa sekolah di
Ambon, mulai SD sampai SMA, agar anak-anak Maluku lainnya juga dapat
mengembangkan bakatnya,” ungkap penggemar megabintang Michael Jackson tersebut.
Jika
melihat semangat juangnya yang menggebu dan nasionalismenya yang tinggi
terhadap negara Indonesia tercinta, tak ada yang menyangka bahwa gadis periang
dengan pemikiran yang dewasa itu juga pernah hampir dijemput maut. Pasalnya,
Gayatri dulu terlahir prematur. Tepatnya saat kandungan ibunya berusia enam
bulan.
”Ketika
itu mama sudah pasrah. Karena di usia itu organ dalamku belum terbentuk
sempurna. Nggak ada harapan untuk hidup. Jikalau hidup, aku pasti sudah cacat.
Itu harga mati,” cerita gadis yang juga punya kelebihan sebagai anak indigo
semasa hidupnya tersebut.
Namun,
dengan karunia Tuhan, Gayatri usia 19 tahun sudah mengabdikan dirinya pada
cita-cita mulianya. Gayatri kini memang telah tutup usia. Tapi, setidaknya
gadis cerdas yang ramah dan peduli sesama itu sudah membuat namanya dikenal
seluruh dunia.
Memang,
orang tuanya tak menyangka Gayatri akan mendahului mereka. ”Benar-benar tidak
menyangka. Kami tidak pernah menduga akan ditinggalkan begitu cepat. Tidak ada
kata-kata apa pun darinya,” urai Nurul, sang bunda.
Hal
yang sama diungkapkan kakak almarhumah, Wahyuni Wailissa. Sebab, selama ini
Gayatri tidak pernah mengeluhkan apa pun kepadanya. Apalagi sakit kepala hingga
tak tertahankan seperti yang diceritakan tetangga dan teman-teman Gayatri di
Jakarta.
Kendati
demikian, dia mengaku mengikhlaskan sang adik berpulang. Wahyuni percaya sang
adik akan mendapatkan tempat yang terbaik di sisi-Nya. ”Dia sangat cinta kepada
negara ini,” tandasnya.
Ibu
satu anak itu mengungkapkan, ada momen yang paling membuat dirinya bersedih
bila mengingat sang adik. Saat membereskan kamar Gayatri, dia menemukan sebuah
catatan yang ditulis adik perempuannya tersebut.
Catatan
itu bagaikan firasat khusus dari Gayatri. Tulisan tersebut berbunyi begini.
Waktu yang telah berlalu tak dapat kembali. Waktu yang akan datang belum pasti
ada. Maka pergunakanlah waktu saat ini dengan sebaik-baiknya..
Duka
kehilangan Gayatri juga datang dari berbagai pihak. ’’Tentu ini juga menjadi
duka negeri kita. Gayatri adalah generasi bangsa yang sangat luar biasa.
Sebagai warga Maluku, saya turut merasakan kehilangan yang mendalam,’’ ujar
anggota DPD RI asal Maluku Nono Sampono yang hadir di rumah duka.
Dia
berharap anak-anak muda Indonesia dapat menjadikan Gayatri sebagai inspirasi
dalam mencapai cita-cita dan mengharumkan nama bangsa.
’’Almarhumah
adalah teladan yang sangat baik. Mudah-mudahan nanti lahir Gayatri-Gayatri lain
dari seluruh pelosok tanah air,’’ tuturnya.
Pangdam
V/Brawijaya Mayjen Eko Wiratmoko termasuk yang terpukul atas meninggalnya
Gayatri. Alumnus Akmil 1982 itu mengenal Gayatri cukup dekat. Terutama semasa
dirinya masih menjabat Pangdam XVI/Pattimura. Bagi Eko, Gayatri adalah sosok
generasi muda yang luar biasa.
Eko
menuturkan, dirinya kali pertama mengenal Gayatri dari tayangan acara Kick Andy
akhir 2012. Mengetahui kemampuan Gayatri yang luar biasa, terlebih karena dia
berasal dari Maluku, Eko langsung mencarinya.
’’Saya
ajak dia untuk memberi motivasi guru, pegawai pemda, dan semua masyarakat di
Maluku. Saya juga minta dia untuk ngajar bahasa Inggris ke anggota saya,’’
kenangnya.
Menurut
Eko, siapa pun yang mengenal Gayatri akan mudah menilai betapa menyenangkannya
gadis itu. ’’Dia punya kemampuan luar biasa, namun tidak sombong,’’ tuturnya.
Selain
itu, wawasannya sangat luas. ’’Saya berharap Gayatri bisa menjadi duta
Indonesia kelak. Namun, Tuhan berkehendak lain,’’ tambahnya.
Sumber: jppn
0 komentar:
:a: :b: :c: :d: :e: :f: :g: :h: :i: :j: :k: :l: :m: :n:
Posting Komentar
Terima kasih telah berkenan berkunjung dan meninggalkan jejak komentar