Ilmuwan: Ditemukan Gen DRD4 Pembuat Manusia Selingkuh
Memang masalah perselingkuhan sudah
sering dibahas. Selingkuh disebut-sebut sudah merupakan bagian dari gen
pria. Banyak pria yang membeberkan alasan mereka berselingkuh. Bahkan
perempuan pun berani mengatakan bahwa mereka juga berselingkuh.
Namun, penemuan baru ini cukup
mengejutkan: ada sebuah gen yang ternyata meningkatkan perilaku
selingkuh terhadap pasangan, dan ini berlaku, baik untuk pria maupun
wanita!
Gen yang disebut “DRD4” atau “Dopamine receptor D4” ini memengaruhi kadar dopamin
pada otak. Satu dari empat orang yang memiliki gen ini cenderung tidak
setia pada pasangan hingga dua kali lipat daripada mereka yang tidak
memilikinya.
Reseptor dopamin D4 (DRD4) adalah 7-transmembran G-protein-coupled reseptor dopamin
dikodekan oleh gen DRD4, ditemukan dalam sistem limbik, korteks
frontal, dan daerah lain dari otak, tetapi diekspresikan pada tingkat
tinggi di korteks prefrontal, yaitu daerah otak terkait dengan kemampuan
kognitif.
Ketika pria atau wanita dengan gen
“pengkhianat cinta” ini punya affair, mereka menerima dorongan kimiawi
yang sama dengan penjudi yang memenangkan taruhan atau seorang alkoholik
yang menerima minuman.
Setelah menguji 180 pria dan wanita muda
mengenai perilaku mereka terhadap hubungan, peneliti berkesimpulan bahwa
mereka yang memiliki varian tertentu dari gen DRD4 cenderung lebih
memiliki sejarah perselingkuhan, termasuk “one night stand”.
“Dalam kasus seks yang tidak terikat,
risikonya tinggi, lalu ada unsur penghargaan dan variabel motivasi
sehingga ini memastikan adanya dorongan dopamin,” urai Justin Garcia,
salah satu peneliti dari State University of New York.
Menurut penelitian yang diterbitkan oleh jurnal PLoS ONE
ini, tetap setia pada pasangan adalah suatu yang sangat memungkinkan.
Namun, relawan juga kepingin selingkuh. Meskipun begitu, Anda jangan
lantas membuat pembenaran untuk selingkuh gara-gara gen ini.
Sedangkan yang dilansir ABCNews.go.com, sebuah penelitian dari Binghamton University
menunjukkan bahwa faktor selingkuh bisa disebabkan karena keturunan dan
gen DRD4 sudah terbentuk sejak di dalam kandungan, yang juga
bertanggung jawab pada kecanduan alkohol.
Penelitian dilakukan dengan mengajukan
pertanyaan pada 180 relawan pria dan wanita muda tentang sikap mereka
terhadap hubungan asmara. Mereka pun diuji dengan sebuah gen yang
disebut DRD4. Gen ini bisa memengaruhi level zat kimia pada otak,
dopamin.
Pria Selingkuh
“Kalau pilih suami, perhitungan bibit,
bebet, bobot,” begitu pesan nenek. Jangan remehkan petuah turun temurun
ini. Memilih suami harus mempertimbangkan banyak hal, tidak hanya faktor
kemampuan kemapanan, tetapi juga riwayat keluarganya, apakah ada
kecenderungan mudah selingkuh atau tidak.
“Kalau ayah atau ibunya suka selingkuh, belum tentu anaknya juga,” memang benar demikian, tetapi ternyata tidak juga.
“Sebuah penelitian
menunjukkan bahwa keinginan untuk selingkuh dan berpaling ke wanita lain
bisa terbentuk sejak masih dalam kandungan dan terbawa hingga dewasa.
Faktor pencetus itu ada dalam gen seorang pria. Gen yang disebut “DRD4” ini memengaruhi kadar dopamin pada otak.”
Menurut
Garcia, studi ini tidak akan membiarkan para pelakunya lolos. “Tidak
semua orang dengan genotipe ini akan melakukan kencan semalam atau tidak
setia,” ujar Garcia.
Pada November 2010 lalu, para peneliti menemukan bahwa gen DRD4 juga membuat orang memiliki pandangan yang lebih liberal.
Karena varian genetik ini mendorong orang
untuk mencari sesuatu yang baru, mereka bisa saja lebih cenderung
mencari pandangan politik yang tidak begitu konvensional.
Mereka yang memiliki gen ini juga
cenderung mencari sudut pandang orang lain, dan dipengaruhi oleh mereka.
“Kami menemukan bahwa mereka yang memiliki varian gen DRD4 cenderung
lebih mungkin melakukan hubungan seksual tanpa komitmen dan tidak setia
pada pasangannya,” ujar Justin Garcia, kepala penelitian.
Wanita Selingkuh
Pada banyak kasus, pria dianggap lebih
sering berselingkuh daripada perempuan dan hanya wanita lajang saja yang
suka mengejar pria yang sudah berpasangan.
Tapi di masa sekarang ini dimana wanita
telah memiliki pergaulan yang luas dan terjadi pergeseran nilai yang
membuat perempuan tidak lagi terkekang untuk mendapatkan apa yang
diinginkannya dalam sebuah hubungan, telah membuat wanita menjadi lebih
banyak punya kesempatan untuk melakukan hal yang sama dengan pria,
termasuk dalam perselingkuhan.
Namun
ternyata tak kurang dari 25% para istri itu tidak setia kepada
suaminya. Mereka yang mengaku pernah melakukan perselingkuhan itu bahkan
sepertiganya mengaku juga pernah melakukan one-night stand.
Lalu sekitar 64% dari para istri ini melakukan perselingkuhan didalam pernikahannya sebelum mempunyai anak.
Dan, setelah melahirkan anak pun tetap
melakukannya saat anak-anak mereka masih berusia balita. Selanjutnya,
kegiatan berselingkuh itu baru akan menurun drastis pada saat
anak-anaknya mulai beranjak dewasa.
Pasangan yang dipilih oleh para isteri
yang berselingkuh ini beragam. Sekitar 37% dari mereka memilih mantan
pacarnya, 31% memilih pria yang baru dikenalnya, 12% memilih teman
dekatnya di masa kanak-kanak, 5% memilih berselingkuh dengan teman
suaminya, dan 2,5% memilih sobat dari temannya.
Sekitar 43% dari mereka itu menceritakan
perselingkuhannya tersebut kepada sahabat terdekatnya, 25%
menceritakannya kepada setidaknya satu orang temannya, 15% menceritakan
kepada lebih banyak teman-temannya. Bahkan 6% dari mereka itu
menceritakan hal tersebut kepada anggota keluarganya.
“Perempuan senang bercerita dan berbagi.
Mereka menyukai drama dari opera sabun, dan mereka percaya teman terbaik
tak akan membocorkan rahasia tersebut”, kata Phillip Hodson dari British Association of Counselling and Psychotherapy.
Kecenderungan berselingkuh erat kaitannya dengan hormon seks yang disebut dengan nama oestradiol.
“Hormon Oestradiol ini
mempunyai kaitan erat dengan kesuburan dan tingkat daya tarik dalam
meraih pasangan. Perempuan dengan tingkat oestradiol yang tinggi
mempunyai kemungkinan lebih besar untuk terlibat perselingkuhan.”
Tak hanya soal kecenderungan
berselingkuh, perempuan dengan tingkat hormon oestradiol yang tinggi ini
jika mempunyai kesempatan dan peluang juga mempunyai kemungkinan besar
untuk melepas hubungan yang ada demi untuk mendapatkan pasangan yang
lebih baik dari yang sudah didapatkannya sekarang ini.
Lalu adakah perbedaan antara kasus
perselingkuhan yang dilakukan oleh suami (pria) dengan yang dilakukan
oleh istri (wanita) itu ?.
Merupakan kenyataan bahwasanya pria itu
lebih sulit memaklumi dan memaafkan ketidaksetiaan pasangannya,
dibandingkan dengan wanita yang lebih mudah memaklumi dan memaafkan
ketidaksetiaan pasangannya.
Wanita biasanya lebih mudah memaklumi dan
memaafkannya, sebab peristiwa itu biasanya akan dilihatnya dari sisi
relasi koneksi perasaan dan emosional yang terjadi dalam
perselingkuhannya itu. Dalam arti seberapa mencintai suaminya itu kepada
selingkuhannya.
Rasa terhina itu lantaran peristiwa
perselingkuhan pasangannya itu biasanya akan dilihat dari sisi aspek
seksualnya. Dalam arti seberapa intens dan mendalamnya relasi seksual
yang terjadi antara istrinya dengan selingkuhannya itu.
Padahal dalam perselingkuhan itu tidak
selalu melibatkan relasi koneksi perasaan dan emosional yang mendalam.
Tetapi hampir semua peristiwa perselingkuhan yang melibatkan pasangan
yang sudah menikah itu selalu terjadi kontak seksual yang sangat bisa
jadi intens dan mendalam.
Suatu survei yang pernah dilakukan oleh
sebuah perguruan tinggi negeri terkemuka di Indonesia di beberapa kota
besar menunjukkan data hasil bahwa mayoritas wanita sudah menikah yang
berselingkuh adalah mereka yang bekerja dengan alasan lebih bersifat
emosional, seperti cinta dan perhatian.
Sedangkan pria sudah menikah melakukan
perselingkuhan itu mayoritas karena alasan petualangan seksual yang
ingin sering melakukan hubungan seksual dan mendapatkan pelayanan
seksual yang lebih baik dalam rangka mengatasi kebosanan dengan
pasangannya di rumah.
Sumber: indocropcircles
0 komentar:
:a: :b: :c: :d: :e: :f: :g: :h: :i: :j: :k: :l: :m: :n:
Posting Komentar
Terima kasih telah berkenan berkunjung dan meninggalkan jejak komentar