Senin pagi (3/2), setelah Minggu malam dan Senin dinihari
berkoordinasi, Tim kecil Pramuka Peduli Gerakan Pramuka Kwarran Paninggaran
meluncur ke kawasan Sibelis yang longsor pada Minggu dinihari (2/2). Sibelis merupakan
daerah perbukitan curam yang masuk wilayah Desa Tenogo Kecamatan Paninggaran
Kabupaten Pekalongan, terletak sekitar 14 km sebelah Selatan Kota Kajen,
ibukota Kabupaten Pekalongan, yang menjadi bagian dari jalan provinsi yang
menghubungkan Kabupaten Pekalongan dengan Kabupaten Banjarnegara. Sesuai namanya,
Sibelis (dalam bahasa setempat, belis berarti setan atau iblis), dikenal sebagai
jalur tengkorak, yang sangat rawan kecelakaan lalu lintas karena tanjakannya
mencapai 40-50 derajat sedangkan kiri kanannya menganga jurang-jurang dalam dan
curam. Longsornya Sibelis juga memutuskan jalur transportasi kedua kabupaten
tersebut.
Karena Ketua Pramuka Peduli, Kak Suyatno, mesti meluncur ke Dukuh Simendem Desa Lambanggelun yang juga terkena longsor, saya mendapat jatah memimpin tim kecil ke
Sibelis. Di bawah guyuran hujan deras, kami tiba di lokasi, yang sudah sangat
ramai dengan aktifitas evakuasi kendaraan bermotor roda dua, baik masyarakat
umum maupun pegawai dari luar kecamatan yang betugas di Kecamatan Paninggaran. Satu
demi satu sepeda motor yang hendak naik maupun turun dibantu oleh masyarakat. Yang
tak cukup berani, masyarakat di lokasi menyediakan jasa menjadi sopir dadakan
dengan ongkos Rp 5.000 sekali jalan. Tentu saja, yang merasa memiliki nyali
memadai, dipersilahkan melaju sendiri di bawah kesiapsiagaan masyarakat yang
akan segera menghambur untuk memberikan pertolongan kala sepeda motor tak kuat
naik dan meluncur bebas ke titik start.
Untuk menaklukkan tanjakan di sisi Timur yang sangat curam, akibat
amblesnya jalan, sedangkan di ujung tanjakan menanti tikungan tajam yang sangat
licin, memang membutuhkan lebih dari sekedar keberanian. Beberapa pengendara sepeda motor yang merasa mampu
mengatasi rintangan tersebut, ambruk terkapar.
Dari keterangan warga, tanjakan tersebut sudah lebih baik
dibandingkan hari pertama longsor. Di atas hamparan tanah yang superlicin
tersebut, telah tertata bongkahan aspal yang mempermudah laju sepeda motor. Dengan
hentakan beban di atasnya, ditambah derasnya guyuran air hujan, sedikit demi sedikit
bongkahan aspal bergeser turun.
Disisi barat, meski tidak terlalu curam, pengendara juga mesti
ekstra hati-hati. Titik itulah yang Minggu sore menelan korban. Menurut warga,
beberapa sepeda motor melaju lurus di atas jalan yang ambles. Karena sebelumnya
tikungan tajam, kemungkinan tanah yang ambles tidak terlihat sehingga
pengendara terlambat menghentikan laju sepeda motornya sehingga terjatuh. Alhamdulillah
hanya luka-luka ringan.
Bupati Meninjau Lokasi
Baik sisi Timur maupun Barat, memang tak ada penghalang atau
semacam batas aman sebagai titik peringatan. Kemungkinan besar semua perhatian terkonsentrasi
pada titik longsor sehingga hal sepele namun vital tersebut tak terpikirkan. Akhirnya,
saya memutuskan untuk mengawali pagi itu dengan mencoba memasang titik
pengaman. Setelah mencari warga setempat yang saya kenal baik, saya meminta
dicarikan lima batang bambu sekaligus tenaga pemasangnya. Pendeknya, saya
terima matang. “Berapa?” tanya saya. “100 ribu”, kata Beliau. Sesaat timbu ide
untuk menawar. Tetapi, di tengah guyuran hujan, mendatangkan 5 batang bambu
sekaligus memasangnya, harga itu sepertinya layak. Seperti biasa, nanti saya bisa
meminta ganti dengan Bendahara Kwarran.
Hampir sekitar satu jam, pemasangan bambu selesai. Dua titik di
sisi Timur, tepat di tepi jurang sebelah tanjakan curam dan pada jalur berundak
untuk pegangan, dan dua titik di sisi Barat agar tak lagi menelan korban. Tak lama,
Ketua Kwarran, Kak Taufik, tiba di lokasi bersama Anggota Dewan Kehormatan Kwarran,
Kak Dwi Watoyo.
Hujan berangsur reda kala Bupati Pekalongan, Bp. H. Amat Antono, hadir
di lokasi. Sekitar pukul 09.00. Hampir semua titik longsor Beliau cermati. Sesekali,
tampak berdiskusi dengan anggota tim yang menyertai. Juga berdialog dengan
warga di lokasi.
Hari beranjak siang kala frekuensi sepeda motor semakin tinggi. Dua
tim ojek, Tim Barat dan Tim Timur pun terlihat sibuk. Beberapa titik longsor
diantara Sibelis dan Obyek Wisata Linggoasri, ditambah tumbangnya kayu pinus,
menyebabkan armada angkutan umum hanya bisa mengantar penumpang sampai di
sekitar Linggoasri, sekitar 500 m dari Sibelis. Otomatis, jasa ojek sepeda
motor pun laris manis. Juga ojek manusia untuk mengangkut barang. Penjual kerupuk
pun mesti merelakan biaya tambahan untuk ojek barang untuk mengangkut dua gunungan
kerupuknya dari sisi Barat ke Timur. Sebaliknya, pedagang sayur, yang pagi itu
membawa nangka dan mobil pengangkut hanya bisa sampai di radius 200 m sebelah
Timur Sibelis, juga merelakan barang dagangannya diangkut beberapa ojek. Kalaupun
hal itu memicu naiknya komoditi tersebut, dan komoditi lainnya, mudah-mudahan
masyarakat bisa memahaminya.
Posko Bencana Berdiri
Hujan nyaris tiada henti. Sesekali reda, untuk kemudian mengguyur
deras kembali. Kala Ketua Pramuka Peduli, Suyatno, tiba di lokasi dengan
membawa terpal dan logistik, hujan rintik-rintik mengiringi. Setelah berkoordinasi
dengan aparat keamanan di lokasi, diputuskan untuk mendirikan Posko Bencana tepat
di sisi Selatan longsoran, di bawah tebing setinggi kurang lebih lima meter. Dibantu personel Koramil
Paninggaran dan warga, tenda darurat pun berdiri. Lengkap dengan dua bendera
Tunas Kelapa di depannya.
Tak lama kemudian, hujan kembali mengguyur. Sangat deras. Tim Pramuka
Peduli yang berteduh di Posko, memanfaatkannya untuk berkoordinasi. Menyusun
program darurat untuk esok hari.
Tak banyak yang bisa kami lakukan di tengah bencana alam itu. Tetapi, sekecil apapun itu, kami bangga melakukannya. Seraya tak henti berharap, semoga penanganan maksimal, yang pasti akan diupayakan oleh Pemerintah Kabupaten Pekalongan, segera memulihkan keadaan. Amin.
Sekretaris I Kwarran Paninggaran Kabupaten Pekalongan
&&&&&
Anggota Pramuka Peduli berpose bersama warga, dengan latar belakang Ketua Kwarran Paninggaran, Kak Taufik (kanan bertopi) dan anggota Dewan Kehormatan Kwarran, Dwi Watoyo (kiri)
0 komentar:
:a: :b: :c: :d: :e: :f: :g: :h: :i: :j: :k: :l: :m: :n:
Posting Komentar
Terima kasih telah berkenan berkunjung dan meninggalkan jejak komentar