Refleksi Akhir Tahun
Sabtu, 17 Desember 2010
Gedung KPRI MEKAR Paninggaran, 23.00 WIB
10 jam sebelum perlombaan
Tim Panitia Semarak Tahun Baru (STB) 1432 Hijriyah Kecamatan Paninggaran yang terdiri dari unsur Dewan Kerja Ranting (DKR) Gerakan Pramuka Kecamatan Paninggaran dan Jama’ah Barzanji Al Hidayah Paninggaran baru saja menyelesaikan penataan ruang KPRI MEKAR untuk persiapan Lomba Peragaan Busana Muslim untuk anak-anak setelah sebelumnya melakukan hal yang sama di Aula Kecamatan Paninggaran untuk Lomba Mewarnai Gambar. Sekitar jam 22.00, Tim Telkomsel sebagai sponsor telah memasang perangkat publikasi berupa umbul-umbul di sekitar Aula Kecamatan sedangkan sponsor lainnya, Honda 54 Motor Pos Penjualan Paninggaran, menempatkan umbul-umbul di depan Puskesmas Paninggaran yang berlokasi tepat di depan Terminal Paninggaran. Sembari menikmati kopi pengusir kantuk, teman-teman asyik ngobrol melepas lelah.
Setelah menelpon rekan kerjanya di SDN Krandegan, Nurul Ibadi, Bendahara Panitia, berhasil mendatangkan Printer Canon iP1900 yang akan digunakan untuk mencetak materi lomba mewarnai gambar. Setelah melewati kendala terhambatnya distribusi surat pemberitahuan lomba akibat padamnya listrik, saya, Nurul Ibadi, dan Helmy Mubarok; Sekretaris Panitia yang juga Ketua DKR Paninggaran, masih harus berjuang lagi untuk mencetak materi Lomba Mewarnai Gambar yang belum juga kami peroleh. Printer saya rusak. Demikian juga punya Helmy. Sebuah printer pinjaman multifungsi yang didatangkan beberapa hari sebelumnya ternyata tak bisa terdeteksi di laptop saya sehingga hanya bisa dimanfaatkan fungsi meng-copy-nya saja. Harapan terakhir ada pada Printer Canon.
Setelah memperjelas skema pembagian tugas untuk besok dan memastikan ruangan siap digunakan, kami meninggalkan KPRI.
Sesampainya di rumah, di ruang kerja, sekitar pukul 24.00, saya segera menyiapkan peralatan. Tawaran Helmy untuk membantu terpaksa saya tolak karena saya tahu, tenaganya telah terkuras untuk mengkoordinir pendistribusian surat ke semua sekolah se-Kecamatan Paninggaran. Beberapa waktu kemudian, Ibadi datang. Saya sudah memintanya untuk istirahat dan mengumpulkan tenaga untuk persiapan registrasi peserta lomba di lokasi. ”Bagaimana bisa tidur kalau materi lomba untuk besok belum siap? Kalau besok listriknya mati lagi bagaimana” jawabnya.
Saya tahu betul keresahan Ibadi. Juga Helmy yang sesekali masih mengirimkan sms. Sebagai Ketua Panitia, saya paham sekali resiko yang akan menghadang apabila malam itu saya gagal menyiapkan materi lomba sedangkan brosur lomba telah tertempel di belasan titik strategis di wilayah Kecamatan Paninggaran. Publikasi lomba melalui blog dan beberapa facebook juga telah menyebarluaskan informasi lomba ke delapan penjuru mata angin.
Tetapi, sesungguhnya, ada hal yang tak bisa saya sampaikan sepenuhnya kepada mereka berdua.
Beban Moral
Sedari awal saya mendapat amanat sebagai Ketua Panitia Semarak Tahun Baru (STB) 1432 Hijriyah Kecamatan Paninggaran, saya menyadari, setidaknya telah ada gambaran, seberapa besar pekerjaan yang akan saja jalani. Manakala Lomba Mewarnai Gambar telah diputuskan untuk dilaksanakan, jujur saja, pikiran saya mulai terusik. Wafda, putri saya, adalah siswi TK Pertiwi Paninggaran alias calon peserta dan istri saya, Ambar Puspitarini, adalah guru TK Pertiwi Paninggaran. Pernah menjadi Juara II Lomba Finger Painting (Lomba Melukis dengan Jari) dalam Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional TK Tingkat Kabupaten Pekalongan pada 25 Maret 2010 membuat peluang Wafda untuk memenangkan lomba terbuka lebar (tanpa bermaksud mengecilkan peluang peserta lainnya) sementara ibunya pernah mewakili Kabupaten Pekalongan dalam Mengarang Cerita Bergambar dalam Lomba Kreatifitas TK Tingkat Propinsi Jawa Tengah Tahun 2006.
Sempat terfikir melarang Wafda untuk mengikuti lomba tetapi saya batalkan karena saya membayangkan reaksi wali murid TK Pertiwi Paninggaran manakala Ibunya Wafda sebagai guru memobilisasi siswa lainnya untuk mengikuti lomba sementara anaknya sendiri tidak ikut. Atau mungkin reaksi guru TK lain pada forum KKG TK Gugus Wijayakusuma. Sedangkan dari awal saya sendirilah yang paling mendorong istri saya sebagai satu-satunya guru PNS TK di Kecamatan Paninggaran sekaligus sebagai sekretaris KKG TK untuk berperan aktif sebagai inisiator dan motivator kegiatan-kegiatan TK.
Meletakkan jabatan sebagai Ketua Panitia? Ah, bukan pilihan bijak. Sesuai dengan tema “Dengan Semangat Tahun Baru 1432 Hijriyah, Kita Tingkatkan Kepedulian dan Solidaritas Terhadap Anak Yatim dan Fakir Miskin”, misi utama STB 1432 H adalah menggalang dana kepedulian untuk anak yatim dan fakir miskin. Juga akan diluncurkan Program Pengelolaan Sadaqah, Infaq, dan Zakat (SaInZa) yang telah dibahas oleh Jama’ah Al Hidayah Paninggaran berbulan-bulan sebelumnya sementara saya sendiri adalah penggagas program itu. Belajar dari sejarah panjang Paninggaran, program-program penggalangan dana dari masyarakat akan sangat ditentukan dan bertumpu pada figur pengurusnya.
Beberapa program serupa tak berumur panjang manakala penyakit krisis kepercayaan telah menghinggapi masyarakat. Setelah melalui proses panjang dengan perdebatan alot, Al Hidayah memutuskan untuk menjalankan rintisan program itu karena memandang sifat kepentingannya yang sudah sangat perlu dan mendesak. Tentu bukan karena Al Hidayah merasa superior dan lebih “bersih”. Tetapi, sebagai organisasi baru yang berumur empat tahun dengan figur-figur baru, tersirat harapan bahwa masyarakat akan lebih mudah menerima. Ustad Anshor sebagai penjaga gawang program pun menegaskan pentingnya menjaga jujur dan amanah sebagai landasan utama program.
Kenekadan saya mengusulkan program itu tentu bukan tanpa alasan. Beberapa kali pembicaraan dengan teman-teman PNS dalam forum tak resmi, dalam kurun waktu dua tahunan, menyuguhkan fakta menarik. Sebagian ternyata telah menunaikan zakat profesi dengan menyalurkannya langsung secara periodik dan sebagian kecil belum mengetahui. Tetapi, hampir semuanya bermuara pada sebuah pertanyaan: “Oke, kalau saya berminat menunaikan zakat profesi, organisasi atau lembaga mana yang akan menanganinya?”. Sebagai putra daerah yang lahir dan besar di Paninggaran, saya tahu betul bahwa sampai saat ini memang belum ada organisasi yang memproklamirkan diri sebagai pengelola zakat profesi. Sementara dalam kapasitas sebagai Sekretaris Forum Komunikasi Pekerja Sosial Masyarakat (FK-PSM) Kecamatan Paninggaran, sedikit banyak saya tahu adanya timbunan masalah-masalah sosial yang saya yakin akan sedikit terkurangi dengan adanya suatu sistim pengelolaan dana zakat, infaq, dan sadaqah yang menampung, mengelola, dan menyalurkannya secara proporsional, bertanggung jawab, transparan, dan akuntabel.
Kalau saya mundur, bagaimana kelanjutan program mulia itu?
Setelah dipertimbangkan matang-matang, saya putuskan untuk tetap pada rencana semula. Tetapi, sebagai imbasnya, saya mesti menyampaikan kepada teman-teman tentang standar kerja yang ingin saya terapkan dalan tim. Alhamdulillah, tim inti mendukung penuh.
Minggu, 18 Desember 2010, 01.30 WIB
Browsing di internet tak menghasilkan gambar sesuai harapan. Ditambah dengan stamina yang mulai menurun, konsentrasi pun mulai goyah. Saya pernah men-download gambar beberapa hari sebelumnya yang saya anggap layak untuk dilombakan. Tetapi, ketika masih dicetak, si kecil Wafda masuk ke ruang kerja dan melihat gambar itu. Alhasil, gambar itu langsung berpindah tangan karena dia memang sangat menyukai gambar-gambar baru untuk diwarnai. Pilihan akhir jatuh pada gambar yang saya pinjam dari Pak Kundarno, teman kuliah yang mengajar di TKIT Insan Mulia Kajen, yang saya ambil Sabtu sore sepulang kuliah. Setelah diberi tambahan kolom nomor peserta, mulailah proses penggandaan.
Baru beberapa belas meng-copy, tinta printer habis. Isi ulang tinta tak mengembalikan kondisi prima peralatan. Tinta refill tak terdeteksi catridge printer. Saya hirup kopi yang tinggal sedikit seraya saling tatap dengan Ibadi.
Minggu, 18 Desember 2010, 02.30 WIB
Semangat Ibadi tak mampu menyamai staminanya yang mulai kedodoran. Apalagi dengan peralatan yang nyaris tak bisa bekerja. Ia pun pulang. Sesungguhnya saya dalam kondisi yang sama. Mungkin lebih parah karena baru bakda Magrib saya sampai rumah sepulang kuliah setelah menempuh jarak sekitar 100-an km pulang pergi Paninggaran-STAIN Pekalongan. Tetapi, inilah salah satu resiko atas pilihan yang saya ambil. Selebihnya, saya memilih menyelesaikan persiapan administrasi untuk lomba. Pagi harinya mungkin saya bisa mencetaknya di Harmonis Multicollection Paninggaran punya Bang Asep yang selalu setia mendukung kegiatan-kegiatan yang saya gelar.
Minggu, 18 Desember 2010, 03.30 WIB
Apa daya, daya tahan saya pun tak lagi bersahabat dengan semangat. Seraya meneguk kopi terakhir, laptop pun saya shut down untuk mengakhiri kerja di dini hari itu. Di meja belajar Wafda terlihat sebaran kertas-kertas HVS Folio F4 dan foto copy-an kertas gambar yang belum sempat dirapikan. Di tempat tidur, Wafda terlihat sangat pulas memeluk Uminya. Sesaat kutatap keluarga kecilku itu. Beberapa hari yang lalu Umi sempat bertanya, “Abi, lomba nggambarnya jadi pake masjid?” yang hanya bisa saya jawab singkat, “Kita lihat saja nanti”. Maafkan Abi, sayang. Proses editing materi lomba terpaksa kulakukan di hari-hari terakhir semata-mata agar Wafda dan Umi tak bisa mengaksesnya, dengan resiko terburuk listrik kembali padam dan perlombaan dibatalkan. Aku pernah merasakan bagaimana sakitnya melihat hasil lomba yang dikebiri melalui cara-cara culas dengan mencampakkan kejujuran dan sportifitas. Aku pernah mengalaminya, berkali-kali, dan sakitnya seakan belum sembuh benar. Tak akan kubiarkan orang lain merasakan sakit itu di saat aku bisa melakukan sebaliknya. Dan tak akan kubiarkan orang-orang tercintaku menjadi bagian dari penebar rasa sakit itu.
Minggu, 18 Desember 2010, 07.45 WIB
Peserta mulai berdatangan di Aula Kecamatan Paninggaran. Sesuai prediksi, banyak sekolah yang akan mendaftar di hari H. TK Muslimat Kaliombo, menerjunkan satu mobil penuh peserta lengkap dengan satu peleton tim wali murid, yang kemudian mengantarkan TK di wilayah Timur Paninggaran itu sebagai TK dengan peserta terbanyak dan berhak atas selembar piagam penghargaan dan piala. Beberapa kali Wafda mendekat dan menggelayut manja di pundak saya yang duduk di meja registrasi. Dari seragamnya, terbaca jelas dari TK mana ia berasal. Sambil sesekali menulis, saya sampaikan kepada Wafda bahwa sebagai peserta ia harus bergabung dengan peserta lainnya di ruang lomba. “Nanti tulisan Abi tercoret, sayang.” kata saya memberi alasan. Dengan cemberut, Wafda menyingkir ke pintu masuk Aula dan selanjutnya ia berdiri di sana..
09.00 WIB
Mundur satu jam dari jadwal karena aliran peserta yang datang bergelombang, lomba dimulai. Selesai pukul 10.45 WIB, langsung dilanjut dengan Lomba Peragaan Busana Muslim di Gedung KPRI MEKAR Paninggaran sementara tim juri menyelesaikan penilaian.
12.45 WIB
Lomba selesai. Penilaian dari kedua tim juri pun final sudah. Rekapitulasi nilai diserahkan oleh perwakilan juri pada Ketua Panitia untuk dibacakan langsung di depan peserta. Tertera dengan bolpen warna hitam sebagai Juara I Lomba Mewarna Gambar Kelompok A PAUD Formal: Ilzama Maula Wafda Sabila, TK Pertiwi Paninggaran. Saya tak yakin apa yang ucapkan kala itu, hamdalah atau istigfar. Yang pasti, butuh beberapa detik bagi saya untuk mengembalikan kesadaran ke titik normal. Seraya menghela napas panjang, di bawah tatapan peserta dan guru pendamping serta panitia, saya membacakan hasil lomba. Dua hari kemudian, Senin (20/12), berita dan foto Lomba Peragaan Busana Muslimah termuat di Harian Suara Merdeka.
Sebuah Kado
Untuk Ilzama Maula Wafda Sabila, tulisan ini untukmu, Nak. Untuk Milad keenammu. Untuk ulang tahunmu hari ini.
Semoga Allah SWT berkenan memberikan umur panjang, keselamatan, dan rizki yan halal dan berkah bagi Abi dan Umi, untuk mendampingimu dalam menata dan mempersiapkan hari-harimu sampai titik dimana engkaulah yang akan menentukan jalan hidupmu sendiri. Hanya tulisan ini yang bisa Abi bingkiskan sebagai kado untukmu. Kelak, suatu saat, bila Allah mengizinkanmu membaca tulisan ini, Abi ingin engkau pun melakukan hal yang sama manakala di pundakmu telah tersemat sebuah amanat. Abi tak merasa melakukan hal yang istimewa, Nak, karena Abi juga manusia biasa yang setiap saat bisa tergelincir dalam khilaf dan dosa. Tetapi ingatlah bahwa setiap pilihan mengandung dan mengundang resiko. Pahami setiap resikonya, Nak, agar kelak engkau tahu atas setiap pilihan dan keputusanmu.
Tulisan ini kado untukmu. Tetapi, piala atas kemenanganmu dalam lomba itu bukanlah kado. Bukan pula kompensasi atas waktu Abi yang tersita belasan hari dalam mempersiapkan lomba dan tak bisa menemanimu dalam bermain dan belajar. Bukan juga karena Sekretaris Panitia adalah Om Helmy dan Bendahara Panitia adalah Om Ibadi yang telah engkau kenal. Sama sekali bukan. Piala itu adalah buah atas latihanmu berhari-hari dengan belasan atau bahkan puluhan lembar kertas yang penuh dengan coretanmu, dengan bimbingan Umi. Kalaupun dalam lomba itu engkau tak memperoleh satu pun piala, itu juga bukan sebuah kemalangan, Nak. Bukan pula sebuah aib yang mesti diratapi dan disesali. Kalah dan menang adalah hal yang lumrah dan mesti akan engkau temui dalam hari-harimu nanti. Sebuah kemenangan mungkin penting, Nak, tetapi yang lebih penting adalah bagaimana mencapai kemenangan itu. Ketika sebuah usaha telah dimaksimalkan dan ketika sebuah ikhtiar telah diupayakan, engkau telah menang bahkan sebelum hasil akhir diumumkan. Sebuah kekalahan pun akan sangat bermakna manakala kita bisa belajar atas kelemahan dan kekurangan kita serta pada yang sama menerima kemenangan orang lain dengan lapang dada dan ksatria.
Semoga Allah yang Maha Pemurah senantiasa memudahkan jalanmu, jalan Abi dan Umi, juga jalan semua orang-orang yang senantiasa berjuang dalam mendampingi putra putrinya di jalan yang semestinya. Teriring doa semoga Allah yang Maha Pengasih memberikan panjang umur dan keselamatan untuk keluarga dan kerabat yang tak jemu mendukungmu. Juga untuk teman-teman dan guru-gurumu. Tak lupa doa yang sama untuk Eyang Putri dan Eyang Kakung yang jauh di sana. Meski terpisah jarak dan waktu, Abi yakin, Beliau berdua, beserta segenap keluarga, turut berbahagia untuk hari ulang tahunmu.
Selamat milad, Wafda, sayang. Doa Abi dan Umi menyertaimu.
10 jam sebelum perlombaan
Tim Panitia Semarak Tahun Baru (STB) 1432 Hijriyah Kecamatan Paninggaran yang terdiri dari unsur Dewan Kerja Ranting (DKR) Gerakan Pramuka Kecamatan Paninggaran dan Jama’ah Barzanji Al Hidayah Paninggaran baru saja menyelesaikan penataan ruang KPRI MEKAR untuk persiapan Lomba Peragaan Busana Muslim untuk anak-anak setelah sebelumnya melakukan hal yang sama di Aula Kecamatan Paninggaran untuk Lomba Mewarnai Gambar. Sekitar jam 22.00, Tim Telkomsel sebagai sponsor telah memasang perangkat publikasi berupa umbul-umbul di sekitar Aula Kecamatan sedangkan sponsor lainnya, Honda 54 Motor Pos Penjualan Paninggaran, menempatkan umbul-umbul di depan Puskesmas Paninggaran yang berlokasi tepat di depan Terminal Paninggaran. Sembari menikmati kopi pengusir kantuk, teman-teman asyik ngobrol melepas lelah.
Setelah menelpon rekan kerjanya di SDN Krandegan, Nurul Ibadi, Bendahara Panitia, berhasil mendatangkan Printer Canon iP1900 yang akan digunakan untuk mencetak materi lomba mewarnai gambar. Setelah melewati kendala terhambatnya distribusi surat pemberitahuan lomba akibat padamnya listrik, saya, Nurul Ibadi, dan Helmy Mubarok; Sekretaris Panitia yang juga Ketua DKR Paninggaran, masih harus berjuang lagi untuk mencetak materi Lomba Mewarnai Gambar yang belum juga kami peroleh. Printer saya rusak. Demikian juga punya Helmy. Sebuah printer pinjaman multifungsi yang didatangkan beberapa hari sebelumnya ternyata tak bisa terdeteksi di laptop saya sehingga hanya bisa dimanfaatkan fungsi meng-copy-nya saja. Harapan terakhir ada pada Printer Canon.
Setelah memperjelas skema pembagian tugas untuk besok dan memastikan ruangan siap digunakan, kami meninggalkan KPRI.
Sesampainya di rumah, di ruang kerja, sekitar pukul 24.00, saya segera menyiapkan peralatan. Tawaran Helmy untuk membantu terpaksa saya tolak karena saya tahu, tenaganya telah terkuras untuk mengkoordinir pendistribusian surat ke semua sekolah se-Kecamatan Paninggaran. Beberapa waktu kemudian, Ibadi datang. Saya sudah memintanya untuk istirahat dan mengumpulkan tenaga untuk persiapan registrasi peserta lomba di lokasi. ”Bagaimana bisa tidur kalau materi lomba untuk besok belum siap? Kalau besok listriknya mati lagi bagaimana” jawabnya.
Saya tahu betul keresahan Ibadi. Juga Helmy yang sesekali masih mengirimkan sms. Sebagai Ketua Panitia, saya paham sekali resiko yang akan menghadang apabila malam itu saya gagal menyiapkan materi lomba sedangkan brosur lomba telah tertempel di belasan titik strategis di wilayah Kecamatan Paninggaran. Publikasi lomba melalui blog dan beberapa facebook juga telah menyebarluaskan informasi lomba ke delapan penjuru mata angin.
Tetapi, sesungguhnya, ada hal yang tak bisa saya sampaikan sepenuhnya kepada mereka berdua.
Beban Moral
Sedari awal saya mendapat amanat sebagai Ketua Panitia Semarak Tahun Baru (STB) 1432 Hijriyah Kecamatan Paninggaran, saya menyadari, setidaknya telah ada gambaran, seberapa besar pekerjaan yang akan saja jalani. Manakala Lomba Mewarnai Gambar telah diputuskan untuk dilaksanakan, jujur saja, pikiran saya mulai terusik. Wafda, putri saya, adalah siswi TK Pertiwi Paninggaran alias calon peserta dan istri saya, Ambar Puspitarini, adalah guru TK Pertiwi Paninggaran. Pernah menjadi Juara II Lomba Finger Painting (Lomba Melukis dengan Jari) dalam Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional TK Tingkat Kabupaten Pekalongan pada 25 Maret 2010 membuat peluang Wafda untuk memenangkan lomba terbuka lebar (tanpa bermaksud mengecilkan peluang peserta lainnya) sementara ibunya pernah mewakili Kabupaten Pekalongan dalam Mengarang Cerita Bergambar dalam Lomba Kreatifitas TK Tingkat Propinsi Jawa Tengah Tahun 2006.
Sempat terfikir melarang Wafda untuk mengikuti lomba tetapi saya batalkan karena saya membayangkan reaksi wali murid TK Pertiwi Paninggaran manakala Ibunya Wafda sebagai guru memobilisasi siswa lainnya untuk mengikuti lomba sementara anaknya sendiri tidak ikut. Atau mungkin reaksi guru TK lain pada forum KKG TK Gugus Wijayakusuma. Sedangkan dari awal saya sendirilah yang paling mendorong istri saya sebagai satu-satunya guru PNS TK di Kecamatan Paninggaran sekaligus sebagai sekretaris KKG TK untuk berperan aktif sebagai inisiator dan motivator kegiatan-kegiatan TK.
Meletakkan jabatan sebagai Ketua Panitia? Ah, bukan pilihan bijak. Sesuai dengan tema “Dengan Semangat Tahun Baru 1432 Hijriyah, Kita Tingkatkan Kepedulian dan Solidaritas Terhadap Anak Yatim dan Fakir Miskin”, misi utama STB 1432 H adalah menggalang dana kepedulian untuk anak yatim dan fakir miskin. Juga akan diluncurkan Program Pengelolaan Sadaqah, Infaq, dan Zakat (SaInZa) yang telah dibahas oleh Jama’ah Al Hidayah Paninggaran berbulan-bulan sebelumnya sementara saya sendiri adalah penggagas program itu. Belajar dari sejarah panjang Paninggaran, program-program penggalangan dana dari masyarakat akan sangat ditentukan dan bertumpu pada figur pengurusnya.
Beberapa program serupa tak berumur panjang manakala penyakit krisis kepercayaan telah menghinggapi masyarakat. Setelah melalui proses panjang dengan perdebatan alot, Al Hidayah memutuskan untuk menjalankan rintisan program itu karena memandang sifat kepentingannya yang sudah sangat perlu dan mendesak. Tentu bukan karena Al Hidayah merasa superior dan lebih “bersih”. Tetapi, sebagai organisasi baru yang berumur empat tahun dengan figur-figur baru, tersirat harapan bahwa masyarakat akan lebih mudah menerima. Ustad Anshor sebagai penjaga gawang program pun menegaskan pentingnya menjaga jujur dan amanah sebagai landasan utama program.
Kenekadan saya mengusulkan program itu tentu bukan tanpa alasan. Beberapa kali pembicaraan dengan teman-teman PNS dalam forum tak resmi, dalam kurun waktu dua tahunan, menyuguhkan fakta menarik. Sebagian ternyata telah menunaikan zakat profesi dengan menyalurkannya langsung secara periodik dan sebagian kecil belum mengetahui. Tetapi, hampir semuanya bermuara pada sebuah pertanyaan: “Oke, kalau saya berminat menunaikan zakat profesi, organisasi atau lembaga mana yang akan menanganinya?”. Sebagai putra daerah yang lahir dan besar di Paninggaran, saya tahu betul bahwa sampai saat ini memang belum ada organisasi yang memproklamirkan diri sebagai pengelola zakat profesi. Sementara dalam kapasitas sebagai Sekretaris Forum Komunikasi Pekerja Sosial Masyarakat (FK-PSM) Kecamatan Paninggaran, sedikit banyak saya tahu adanya timbunan masalah-masalah sosial yang saya yakin akan sedikit terkurangi dengan adanya suatu sistim pengelolaan dana zakat, infaq, dan sadaqah yang menampung, mengelola, dan menyalurkannya secara proporsional, bertanggung jawab, transparan, dan akuntabel.
Kalau saya mundur, bagaimana kelanjutan program mulia itu?
Setelah dipertimbangkan matang-matang, saya putuskan untuk tetap pada rencana semula. Tetapi, sebagai imbasnya, saya mesti menyampaikan kepada teman-teman tentang standar kerja yang ingin saya terapkan dalan tim. Alhamdulillah, tim inti mendukung penuh.
Minggu, 18 Desember 2010, 01.30 WIB
Browsing di internet tak menghasilkan gambar sesuai harapan. Ditambah dengan stamina yang mulai menurun, konsentrasi pun mulai goyah. Saya pernah men-download gambar beberapa hari sebelumnya yang saya anggap layak untuk dilombakan. Tetapi, ketika masih dicetak, si kecil Wafda masuk ke ruang kerja dan melihat gambar itu. Alhasil, gambar itu langsung berpindah tangan karena dia memang sangat menyukai gambar-gambar baru untuk diwarnai. Pilihan akhir jatuh pada gambar yang saya pinjam dari Pak Kundarno, teman kuliah yang mengajar di TKIT Insan Mulia Kajen, yang saya ambil Sabtu sore sepulang kuliah. Setelah diberi tambahan kolom nomor peserta, mulailah proses penggandaan.
Baru beberapa belas meng-copy, tinta printer habis. Isi ulang tinta tak mengembalikan kondisi prima peralatan. Tinta refill tak terdeteksi catridge printer. Saya hirup kopi yang tinggal sedikit seraya saling tatap dengan Ibadi.
Minggu, 18 Desember 2010, 02.30 WIB
Semangat Ibadi tak mampu menyamai staminanya yang mulai kedodoran. Apalagi dengan peralatan yang nyaris tak bisa bekerja. Ia pun pulang. Sesungguhnya saya dalam kondisi yang sama. Mungkin lebih parah karena baru bakda Magrib saya sampai rumah sepulang kuliah setelah menempuh jarak sekitar 100-an km pulang pergi Paninggaran-STAIN Pekalongan. Tetapi, inilah salah satu resiko atas pilihan yang saya ambil. Selebihnya, saya memilih menyelesaikan persiapan administrasi untuk lomba. Pagi harinya mungkin saya bisa mencetaknya di Harmonis Multicollection Paninggaran punya Bang Asep yang selalu setia mendukung kegiatan-kegiatan yang saya gelar.
Minggu, 18 Desember 2010, 03.30 WIB
Apa daya, daya tahan saya pun tak lagi bersahabat dengan semangat. Seraya meneguk kopi terakhir, laptop pun saya shut down untuk mengakhiri kerja di dini hari itu. Di meja belajar Wafda terlihat sebaran kertas-kertas HVS Folio F4 dan foto copy-an kertas gambar yang belum sempat dirapikan. Di tempat tidur, Wafda terlihat sangat pulas memeluk Uminya. Sesaat kutatap keluarga kecilku itu. Beberapa hari yang lalu Umi sempat bertanya, “Abi, lomba nggambarnya jadi pake masjid?” yang hanya bisa saya jawab singkat, “Kita lihat saja nanti”. Maafkan Abi, sayang. Proses editing materi lomba terpaksa kulakukan di hari-hari terakhir semata-mata agar Wafda dan Umi tak bisa mengaksesnya, dengan resiko terburuk listrik kembali padam dan perlombaan dibatalkan. Aku pernah merasakan bagaimana sakitnya melihat hasil lomba yang dikebiri melalui cara-cara culas dengan mencampakkan kejujuran dan sportifitas. Aku pernah mengalaminya, berkali-kali, dan sakitnya seakan belum sembuh benar. Tak akan kubiarkan orang lain merasakan sakit itu di saat aku bisa melakukan sebaliknya. Dan tak akan kubiarkan orang-orang tercintaku menjadi bagian dari penebar rasa sakit itu.
Minggu, 18 Desember 2010, 07.45 WIB
Peserta mulai berdatangan di Aula Kecamatan Paninggaran. Sesuai prediksi, banyak sekolah yang akan mendaftar di hari H. TK Muslimat Kaliombo, menerjunkan satu mobil penuh peserta lengkap dengan satu peleton tim wali murid, yang kemudian mengantarkan TK di wilayah Timur Paninggaran itu sebagai TK dengan peserta terbanyak dan berhak atas selembar piagam penghargaan dan piala. Beberapa kali Wafda mendekat dan menggelayut manja di pundak saya yang duduk di meja registrasi. Dari seragamnya, terbaca jelas dari TK mana ia berasal. Sambil sesekali menulis, saya sampaikan kepada Wafda bahwa sebagai peserta ia harus bergabung dengan peserta lainnya di ruang lomba. “Nanti tulisan Abi tercoret, sayang.” kata saya memberi alasan. Dengan cemberut, Wafda menyingkir ke pintu masuk Aula dan selanjutnya ia berdiri di sana..
09.00 WIB
Mundur satu jam dari jadwal karena aliran peserta yang datang bergelombang, lomba dimulai. Selesai pukul 10.45 WIB, langsung dilanjut dengan Lomba Peragaan Busana Muslim di Gedung KPRI MEKAR Paninggaran sementara tim juri menyelesaikan penilaian.
12.45 WIB
Lomba selesai. Penilaian dari kedua tim juri pun final sudah. Rekapitulasi nilai diserahkan oleh perwakilan juri pada Ketua Panitia untuk dibacakan langsung di depan peserta. Tertera dengan bolpen warna hitam sebagai Juara I Lomba Mewarna Gambar Kelompok A PAUD Formal: Ilzama Maula Wafda Sabila, TK Pertiwi Paninggaran. Saya tak yakin apa yang ucapkan kala itu, hamdalah atau istigfar. Yang pasti, butuh beberapa detik bagi saya untuk mengembalikan kesadaran ke titik normal. Seraya menghela napas panjang, di bawah tatapan peserta dan guru pendamping serta panitia, saya membacakan hasil lomba. Dua hari kemudian, Senin (20/12), berita dan foto Lomba Peragaan Busana Muslimah termuat di Harian Suara Merdeka.
Sebuah Kado
Untuk Ilzama Maula Wafda Sabila, tulisan ini untukmu, Nak. Untuk Milad keenammu. Untuk ulang tahunmu hari ini.
Semoga Allah SWT berkenan memberikan umur panjang, keselamatan, dan rizki yan halal dan berkah bagi Abi dan Umi, untuk mendampingimu dalam menata dan mempersiapkan hari-harimu sampai titik dimana engkaulah yang akan menentukan jalan hidupmu sendiri. Hanya tulisan ini yang bisa Abi bingkiskan sebagai kado untukmu. Kelak, suatu saat, bila Allah mengizinkanmu membaca tulisan ini, Abi ingin engkau pun melakukan hal yang sama manakala di pundakmu telah tersemat sebuah amanat. Abi tak merasa melakukan hal yang istimewa, Nak, karena Abi juga manusia biasa yang setiap saat bisa tergelincir dalam khilaf dan dosa. Tetapi ingatlah bahwa setiap pilihan mengandung dan mengundang resiko. Pahami setiap resikonya, Nak, agar kelak engkau tahu atas setiap pilihan dan keputusanmu.
Tulisan ini kado untukmu. Tetapi, piala atas kemenanganmu dalam lomba itu bukanlah kado. Bukan pula kompensasi atas waktu Abi yang tersita belasan hari dalam mempersiapkan lomba dan tak bisa menemanimu dalam bermain dan belajar. Bukan juga karena Sekretaris Panitia adalah Om Helmy dan Bendahara Panitia adalah Om Ibadi yang telah engkau kenal. Sama sekali bukan. Piala itu adalah buah atas latihanmu berhari-hari dengan belasan atau bahkan puluhan lembar kertas yang penuh dengan coretanmu, dengan bimbingan Umi. Kalaupun dalam lomba itu engkau tak memperoleh satu pun piala, itu juga bukan sebuah kemalangan, Nak. Bukan pula sebuah aib yang mesti diratapi dan disesali. Kalah dan menang adalah hal yang lumrah dan mesti akan engkau temui dalam hari-harimu nanti. Sebuah kemenangan mungkin penting, Nak, tetapi yang lebih penting adalah bagaimana mencapai kemenangan itu. Ketika sebuah usaha telah dimaksimalkan dan ketika sebuah ikhtiar telah diupayakan, engkau telah menang bahkan sebelum hasil akhir diumumkan. Sebuah kekalahan pun akan sangat bermakna manakala kita bisa belajar atas kelemahan dan kekurangan kita serta pada yang sama menerima kemenangan orang lain dengan lapang dada dan ksatria.
Semoga Allah yang Maha Pemurah senantiasa memudahkan jalanmu, jalan Abi dan Umi, juga jalan semua orang-orang yang senantiasa berjuang dalam mendampingi putra putrinya di jalan yang semestinya. Teriring doa semoga Allah yang Maha Pengasih memberikan panjang umur dan keselamatan untuk keluarga dan kerabat yang tak jemu mendukungmu. Juga untuk teman-teman dan guru-gurumu. Tak lupa doa yang sama untuk Eyang Putri dan Eyang Kakung yang jauh di sana. Meski terpisah jarak dan waktu, Abi yakin, Beliau berdua, beserta segenap keluarga, turut berbahagia untuk hari ulang tahunmu.
Selamat milad, Wafda, sayang. Doa Abi dan Umi menyertaimu.
*****
Dipublikasikan di blog SD Negeri Tanggeran pada 30 Januari 2011
0 komentar:
:a: :b: :c: :d: :e: :f: :g: :h: :i: :j: :k: :l: :m: :n:
Posting Komentar
Terima kasih telah berkenan berkunjung dan meninggalkan jejak komentar