Perang senjata itu sudah kuno. Karena perang yang lebih lama, dan
lebih sulit dihentikan ialah peran dagang. Dan perang dagang dengan
senjata juga sudah kuno. Mengancam pembeli tidak lagi dengan
menodongkan pistol di kepala melainkan dengan membentuk isi kepalanya.
Maka perang persepsi adalah perang paling modern saat ini. Jika sebuah
barang dipersepsikan sebagai modern, barang inilah yang akan diburu
tanpa perlu promosi. Persepi itulah yang akhirnya membentuk ukuran.
Jadi, kita saat ini, sedang mengalami perang ukuran. Siapa yang
menentukan dialah yang menang.
Adalah mengejutkan jika tiba-tiba apa yang disebut ganteng olah
anak-anak muda adalah semua anak boyband, dan itupun cuma yang berambut
lurus dan berbelah pinggir. Rambut kribo, tiba-tiba hanya cocok untuk
petinju. Wajah seperti saya ini, sejak dulu sampai kini, celakanya,
tidak pernah masuk daftar ganteng versi manapun. Petinju tidak, boyband
apalagi. Ternyat a wajah bukan satu-satunya dari bagian hidup saya yang
gagal ukuran.
Baju batik saya sering diangap kebesaran. Aneh, sebetulnya ketika
yang disebut pas, itulah adalah baju yang selalu ketat dengan tubuh.
Padahal pas bagi saya adalah jenis pakaian yang kalau dipakai bisa
menyediakan banyak ventilasi udara. Rambut saya terlalu lama
ketinggalan zaman karena hanya mengingatkan era Elvis Presley. Ini bisa
merembet dan merembet lebih panjang lagi pada soal barang-barang yang
daftarnya makin hari makin bertambah panjang.
Ini saja baru barang saya
prbadi, belum barang istri. Model BH saja sekarang ini bermacam-macam.
Ada yang dilengkapi dengan jendela agar lebih mudah meneteki bayi.
Begitu pula dengan gantungan pakaian, rak piring dan aneka mesin jus.
Barang yang rasanya baru kemarin kita beli, sudah terasa usang di hari
ni.
Tengoklah barang-barang di rumah Anda, berapa banyak barang yang
memenuhi ruang mana saja mulai dari almari, dapur, ruang tamu, gudang,
untuk pada akhirnya, barang-barang itu cuma teronggok dan teronggok
saja. Ada begitu banyak barang yang kita beli cuma karena ia mewakili
selera terkini, bukan karena desakan fungsinya. Dan manusia memang tidak
bisa menahan godaan dari masa kini.
Barang siapa tidak hidup di masa
kini, ia kuno dan terbelakang. Anggapan sebagai kuno dan terbelakang
itu menyakitkan. Pada mulanya, instink untuk hidup di masa kini itu
benar adanya. Tetapi adalah tugas industri dan kapitalisme yang suka
membelokkan apa standar masa kini itu. Di tangan mereka, masa kini
adalah barang bentukan yang bisa dikiklankan di televise untuk akhirnya
kita percayai. Hasilnya, apa saja yang mereka inginkan sebagai gambaran
masa kini, itulah yang akhirnya kita beli. Mobil baru itu seluruhnya
masih sama denga mobil lama kecuali hanya bentuk lampu belakang saja
yang berbeda. Hanya soal beda lampu belakang saja kemudian beda
harganya.
Darimana selisih harga itu berasal? Dari persepsi bahwa yang
satu kuno yang lain baru. Penting hidup di masa kini. Tapi tak penting
melayani jenis masa kini yang telah didikte oleh berbagai industri.
Itulah yang membuat rasa kuno terus menjadi cepat datang dan kekinian
rawan mengejar-ngejar kita tanpa henti.
Sumber: Prie GS
0 komentar:
:a: :b: :c: :d: :e: :f: :g: :h: :i: :j: :k: :l: :m: :n:
Posting Komentar
Terima kasih telah berkenan berkunjung dan meninggalkan jejak komentar