Catatan Kecil Lomba MAPSI ke-15 Tahun 2013 Tingkat
Kecamatan Paninggaran
Oleh: Dzakiron (Seksi Humas)
Dalam setiap penyelenggaraan kegiatan,
dana laksana darah dalam tubuh yang ketersediaannya sangatlah vital. Tidak
selalu kegiatan berkualitas identik dengan dana besar seperti halnya barang
yang bagus tak selalu mahal. Tetapi, untuk mewujudkan kegiatan yang
berkualitas, mutlak dibutuhkan dana. Apalagi untuk sebuah kegiatan kompetisi
yang memerlukan alokasi anggaran untuk belanja hadiah dan uang transport Juri.
Seperti halnya MAPSI. Kompetisi tahunan
yang telah memasuki penyelenggaraan ke-15 tersebut jelas memerlukan dana untuk
hampir semua pos belanja. Tetapi, karena sumber dananya jelas, yaitu dari
kontribusi SD se-kecamatan, tentu Panitia tak sepusing kegiatan lainnya yang
mengandalkan putaran roda operasional dari uang pendaftaran peserta, misalnya.
Ya, itulah yang terjadi pada
penyelenggaraan Lomba MAPSI kali ini. Saat RAB telah disetujui dan disahkan
oleh Kepala UPT Pendidikan dan Kebudayaan Paninggaran, harga foto kopi per
lembar masih Rp 150. Siapa sangka, kenaikan harga BBM (yang disebut sebagai
“penyesuaian”) turut memicu naiknya harga foto kopi di Paninggaran menjadi Rp 200,
sebagaimana dilansir oleh Paguyuban Pengusaha Foto Kopi Paninggaran, tepat pada
saat proses kegiatan Lomba MAPSI bergulir.
Kenaikan Rp 50 per lembar tentu tak
langsung membuat Panitia kalang kabut. Persoalannya, dalam beberapa kesempatan
rapat internal, muncul pertanyaan: bagaimana dengan uang transport Dewan Juri?
Bensin naik, perlu naik jugakah transport Dewan Juri?
Diskusi pun menghangat. Apalagi baru kami
sadari, alokasi uang transport Juri pada Lomba MAPSI ternyata hanya 60% dari alokasi
uang transpsort Juri pada Lomba MTQ Tingkat Kecamatan beberapa waktu lalu. Di
sisi lain, Juri Lomba MTQ cukup hadir satu kali yaitu pada hari H sedangkan Juri
Lomba MAPSI mesti hadir dua kali karena kami juga mengagendakan Temu Teknis bersamaan
dengan Gladi Bersih pada Hari Sabtu, 7 September 2013.
Sempat muncul ide untuk membatalkan
undangan bagi Juri pada Temu Teknis dan menyampaikan tata cara penilaian pada
saat atau sesudah upacara pembukaan seperti yang dilakukan oleh Panitia MTQ.
Tetapi, ternyata, resikonya tidaklah kecil. Selain mengharuskan Juri mengikuti
upacara pembukaan dimana Panitia mesti
menyewa kursi sementara mata anggaran tersebut tidak tercantum dalam RAB,
jadwal kegiatan berpotensi besar untuk molor alias mundur.
Sebagai orang yang paling ngotot
mempertahankan keberadaan tiga juri dalam tiap cabang lomba, saya merasa paling
bertanggung jawab. Nekad dengan besaran uang transport bagi Juri sesuai RAB? “Rikuh.
Pekewuh.” jawab Ketua Panitia.
Cari Sponsor
Adakah calon solusi? Ada. Yaitu: Sponsor. Tetapi,
jujur saja, saya ragu. Dari awal, lomba ini tidak didesain melibatkan sponsor. Sesuai
tradisi, RAB disusun oleh Panitia untuk kemudian diajukan ke pihak terkait.
Bila disetujui, langsung jalan. Bila ada revisi, diperbaiki, ajukan lagi. Disetujui,
oke. Langsung jalan. Selesai.
Kalau sudah disetujui, bahkan sudah
disahkan, masak iya mau mengajukan revisi? Apa malah tidak semakin
kelihatan ceroboh (dan bodohnya) Panitia meski disebabkan oleh faktor nonteknis?
Alasan kedua, klasik: sulit sekali mencari sponsor untuk kegiatan keagamaan. Sudah
gawan bayi kalau sponsor malas masuk untuk mendukung
kegiatan keagamaan. Agaknya, kegiatan keagamaan masih belum begitu menarik
sebagai ajang promosi.
Akhirnya, dengan setengah nekad,
disusunlah selembar surat untuk calon sponsor. Bukan proposal karena waktunya
tak lagi memungkinkan. Dan dimulailah perburuan.
Yang saya bidik kali pertama adalah
relasi. Merekalah yang saya tawari lebih dulu. Bermodal jaringan, satu persatu
pemilik usaha di jalur utama Paninggaran menjadi sasaran.
Alhamdulillah, selalu ada jalan keluar
untuk setiap ikhtiar. Beberapa pemilik usaha langsung menyanggupi. Beberapa
lainnya meminta waktu. Dan beberapa lainnya lagi tak bereaksi apapun.
Waktu terus berjalan. Konsep spanduk dan background
panggung harus segera dikirimkan ke percetakan agar bisa selesai tepat jadwal. Sementara
itu, target enam sponsor lokal belum terpenuhi. Dengan menebalkan muka, proses
konfirmasi terhadap pemilik usaha berjalan di bawah tekanan persiapan teknis
Panitia.
Jumat siang, 6 Setember 2013, setelah
berhasil mengajak enam sponsor lokal, konsep spanduk dan background
panggung terkirim ke percetakan. Senin sore, 9 September 2013, setelah
persiapan di kompleks MTs Salafiyah Paninggaran selesai, kedua media publikasi
tersebut sampai di tangan. Bakda Isya, bersama rekan-rekan Panitia dan
berbarengan dengan datangnya peralatan sound system, spanduk dan background
panggung telah terpasang di tempatnya masing-masing, siap untuk pelaksanaan
kegiatan esok hari.
Dan pada akhirnya, Panitia Lomba MAPSI
bisa memberikan uang transport kepada Juri setara dengan Panitia MTQ. Meskipun
bagi saya pribadi, angka itu pun masih belum setara dengan harga sebuah
profesionalisme Juri. Tetapi, setidaknya, Panitia MAPSI terhindar dari pekewuh
dan yang paling penting, tetap bisa dipertanggungjawabkan.
Mimpi
Bila dibandingkan dengan kegiatan lainnya,
kegiatan keagamaan masih jarang tersentuh sponsor. Padahal, dari beberapa kali
menangani sponsorship, prasyarat minimal seperti yang diajukan calon
sponsor agar mereka mau terjun langsung telah dimiliki oleh penyelenggara.
Antara lain: melibatkan atau menghadirkan massa dalam jumlah besar, rentang
waktu promosi yang panjang, dan sebagainya. Tetapi, agaknya, skema sponsorship
dimana calon sponsor bisa langsung membaca peluang termasuk angka-angka yang
diajukan beserta segala kompensasinya, masih kurang diminati. Masih terlihat
bila penyelenggara lebih menyukai pola donatur karena menggunakan sistim putus
kontrak alias hubungan selesai bila dana dari donatur telah diterima.
Ke depan, saya mengimpikan suatu kegiatan
keagamaan tingkat kecamatan berlangsung meriah, siapapun penyelenggaranya,
dengan dukungan total dari sponsor alias sponsor tunggal. Selain suksesnya
kegiatan akan lebih mudah teraih, hal tersebut menjadi salah satu pertanda
bahwa kegiatan keagamaan juga bisa direncanakan sekaligus dilaksanakan dengan
profesional.
Media Online
Sebagai penutup, perkenankan saya untuk
menggaris bawahi tulisan ini dengan pentingnya dukungan media online dalam
penawaran sponsorship. Pesatnya perkembangan teknologi informasi, salah
satunya internet, membuka peluang promosi yang menembus sekat wilayah, jarak,
dan waktu. Salah satu sponsor MTQ 2010 menyatakan kegembiraannya manakala saya
sampaikan bahwa publikasi kegiatan telah terbaca oleh pengguna internet di
setiap sudut Indonesia.
Sayangnya, sampai hari ini pun, baik
Panitia Lomba MAPSI maupun KKG PAI Kecamatan Paninggaran belum memiliki
website, blog, dan jaringan media sosial seperti facebook dan twitter.
Sehingga, publikasi kegiatan, termasuk foto dan video yang bisa diakses dan
diunduh atau di-download oleh peserta, guru, dan wali murid dari
manapun, dengan sangat terpaksa saya publikasikan di blog pribadi ini (silahkan klik ).
Melalui forum ini, saya ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada rekan-rekan pelaku usaha yang telah membantu pelaksanaan lomba:
GPP FUTSAL (Asep Haryanto: 085226965444)
BAKSO PAK NUR (Nurani: 085227193847)
TOKO ASADINKA (Broedin: 082135106888)
MUNCUL JAYA SAKTI (Elyanto: 085292210721)
MORO DADI SPORT (Suhartanto: 081228552244)
TB QORNI JAYA (A. Khoirurrozaq: 085870377499)
Melalui forum ini, saya ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada rekan-rekan pelaku usaha yang telah membantu pelaksanaan lomba:
GPP FUTSAL (Asep Haryanto: 085226965444)
BAKSO PAK NUR (Nurani: 085227193847)
TOKO ASADINKA (Broedin: 082135106888)
MUNCUL JAYA SAKTI (Elyanto: 085292210721)
MORO DADI SPORT (Suhartanto: 081228552244)
TB QORNI JAYA (A. Khoirurrozaq: 085870377499)
Semoga suatu saat nanti, kegiatan keagamaan
benar-benar memiliki nilai jual tinggi di hadapan sponsor. Amin.
Salam Kreatif!
0 komentar:
:a: :b: :c: :d: :e: :f: :g: :h: :i: :j: :k: :l: :m: :n:
Posting Komentar
Terima kasih telah berkenan berkunjung dan meninggalkan jejak komentar