Menurut Untung, koordinator kegiatan, gagasan panjat pinang tersebut muncul dalam pembicaraan santai. Gayung pun bersambut. Spontanitas warga terpicu seketika dan iuran sukarela pun terkumpul. Semuanya digunakan untuk belanja aneka hadiah yang dipajang di atas pohon pinang.
Peserta pun bersifat sukarela. Awalnya hanya anak-anak yang mengikuti dan berkotor-kotor dengan lumpur. Setelah cukup lama perjuangan tersebut hanya mampu menjangkau kurang dari setengah tinggi pohon pinang, beberapa orang dewasa terlihat turun gelanggang.
Tak jarang pondasi kukuh yang telah dibangun oleh anggota tim bawah hancur berantakan manakala anggota tim atas kehabisan tenaga untuk kemudian meluncur turun. Sesekali pondasi bawah terlihat tak mampu menahan berat beban yang tertumpu di pudak dan anak tangga yang siap menggapai hadiah pun turun kembali dengan tangan hampa. Tapi, lihatlah arti kerjasama itu. Tataplah keikhlasan berbagi beban saat pundak mesti disiapkan untuk diinjak anggota tim lain yang dianggap lebih mampu untuk menuju puncak. Bisakah perjuangan itu akan mencapai tujuan kala setiap anggota tim berambisi menjadi orang yang layak di puncak?
Hari beranjak sore kala kerjasama yang memerlukan koordinasi mantap tersebut berhasil mengantarkan salah satu anggota tim sampai ke puncak pohon pinang. Satu persatu hadiah diturunkan. Meski belepotan lumpur yang mulai mengering, semua terlihat senang dengan pembagian hadiah yang tak sama. Harga nominalnya mungkin tak terlalu besar. Tapi, semua tahu, bukan itu yang membuat acara di hari ketiga Syawal 1432 H tersebut berlangsung lancar dan meriah.
Penonton pun tak iri kala hadiah dibagi. Karena, mereka pun tahu, hanya yang berani mengambil resiko untuk belepotan lumpurlah yang akan membawa pulang hadiah.
Dan semua pulang dengan hati tenang. Setenang senja yang menjelang
*****
Dipublikasikan perdana di Blog SD Negeri Tanggeran pada 2 September 2011
0 komentar:
:a: :b: :c: :d: :e: :f: :g: :h: :i: :j: :k: :l: :m: :n:
Posting Komentar
Terima kasih telah berkenan berkunjung dan meninggalkan jejak komentar